Moh Sholeh, Petani Ponorogo yang Sukses Panen 4 Kali Setahun dengan IP 400
2 min read
Ponorogo – Moh Sholeh, petani asal Desa Lengkong, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, telah membuktikan bahwa kerja keras dan inovasi mampu mengubah wajah pertanian. Ia kini berhasil menerapkan sistem tanam Indeks Pertanaman (IP) Padi 400 yang memungkinkan panen empat kali dalam setahun, sebuah capaian luar biasa di dunia pertanian.
Berawal dari IP 200, Kini Mantap di IP 400
Dua dekade lalu, sawah Sholeh hanya mampu menghasilkan dua kali panen dalam setahun atau dikenal dengan IP Padi 200. Saat itu, keterbatasan teknologi dan pengairan menjadi kendala utama. Namun, dalam dua tahun terakhir, ia beralih ke sistem IP 400. Metode ini telah membuatnya mencapai delapan kali panen hanya dalam waktu dua tahun.
“Untuk bisa menerapkan IP 400, kunci utamanya adalah pembibitan yang dilakukan di tempat terpisah dari lahan sawah. Biasanya saya mulai menyemai 10 sampai 15 hari sebelum panen,” ujar Sholeh ketika ditemui di rumahnya, Rabu (30/10/2024).
Memanfaatkan Teknologi dan Varietas Unggul
Menurut Sholeh, teknologi adalah sahabat bagi petani yang ingin maju. Dulu, ia mengandalkan hujan untuk pengairan. Kemudian ia beralih menggunakan diesel, lalu sibel, hingga kini memanfaatkan listrik untuk mengairi sawah. “Masuknya listrik ke sawah benar-benar membantu kami mengelola air lebih baik,” jelasnya.
Selain itu, ia menggunakan varietas padi unggul seperti Ginja, yang memiliki masa tanam singkat, sekitar 70 hingga 80 hari. Hal ini memungkinkan lahan sawah untuk ditanami kembali lebih cepat setelah panen.

Menjaga Kesuburan Tanah dengan Dekomposer
Sholeh juga memberi perhatian besar pada kesuburan tanah. Usai panen, ia menggunakan dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan sisa jerami dan pupuk kandang. “Tanah harus tetap subur meskipun ditanami empat kali setahun. Dekomposer membuat sisa panen cepat terurai menjadi kompos,” ungkapnya.
Manfaat Ekonomi yang Berlipat
Dengan menerapkan IP 400, produktivitas sawah Sholeh meningkat signifikan. Jika sebelumnya satu petak sawah hanya menghasilkan tiga ton padi dalam setahun, kini ia mampu memanen hingga empat ton. Selain itu, metode ini lebih hemat tenaga kerja karena proses penyemaian tidak lagi dilakukan di sawah.
Sholeh juga terbuka untuk berbagi ilmu dengan petani lain. Bahkan, ia kerap membagikan bibit padi secara gratis kepada mereka yang ingin mencoba sistem IP 400.
“Kami para petani harus terus belajar dan memanfaatkan teknologi agar bisa mendapatkan hasil maksimal. IP 400 adalah bukti bahwa pertanian yang modern dan efisien bisa membawa keuntungan besar,” tutupnya.
Kisah Sholeh menjadi inspirasi bagi petani lain untuk terus berinovasi dalam menghadapi tantangan pertanian masa kini.(Pat)