WILIS NEWS

More than News

Pendapatan Pengemis di Ponorogo: Ratusan Ribu Sehari

2 min read

PONOROGO – Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Ponorogo kembali menjaring pengemis di jalanan selama bulan Ramadhan. Kali ini, tiga pengemis yang semuanya penyandang disabilitas terjaring razia pada Selasa (11/3/2025).Ketiganya merupakan warga luar daerah, masing-masing berasal dari Madiun, Sragen, dan Blitar.

Mereka kemudian dibawa ke rumah singgah Dinsos P3A Ponorogo untuk diberikan pembinaan dan assessment lebih lanjut.

Kepala Dinsos P3A Ponorogo, Supriyadi, mengungkapkan bahwa razia ini dilakukan atas dasar laporan masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan pengemis di sejumlah titik di Ponorogo.

Berdasarkan hasil interogasi, salah satu pengemis yang berasal dari Sragen mengaku dalam waktu sekitar tiga jam berhasil mengumpulkan uang Rp174 ribu. Jika dirata-rata, pendapatan per harinya bisa mencapai Rp400 ribu.

“Mereka memanfaatkan kondisi fisik yang terbatas untuk menarik simpati masyarakat. Ini yang menjadi perhatian kami,” ujar Supriyadi.

Lebih lanjut, Supriyadi menyebut bahwa ketiga pengemis ini bukan kali pertama terjaring razia. Mereka adalah ‘pemain lama’ yang sebelumnya juga pernah mendapatkan rehabilitasi dari Kementerian Sosial RI, namun tetap kembali ke jalanan.Pilih Ponorogo karena Dermawan

Salah satu pengemis, Sunaji, warga Blitar, mengaku sering berpindah tempat dalam menjalankan aktivitasnya. Ia tidak hanya meminta-minta di kawasan Alun-Alun Ponorogo, tetapi juga di beberapa perempatan, seperti di Taman Sukowati dan Terminal Seloaji.

“Saya sehari kadang dapat Rp90 ribu, kadang juga lebih. Uangnya untuk makan, sebagian dikirim ke keluarga, dan saya sisihkan untuk berbagi saat Lebaran,” kata Sunaji. Saat diamankan petugas, Sunaji kedapatan membawa empat unit ponsel.

Senada, Doso Utomo, pengemis asal Sragen, juga memilih Ponorogo sebagai tempatnya mengemis karena warga yang dikenal lebih dermawan dibanding daerah lain.

“Bahasa mereka, wong Ponorogo itu ‘awehan’ atau loman, lang lung gitu. Katanya lebih enak di Ponorogo daripada daerah lain,” ujar doso.

Doso sendiri mengaku biasa beraktivitas di Kota Madiun, namun sesekali berpindah ke Ponorogo. Ia mengatakan pendapatannya bervariasi, tergantung kondisi cuaca.

“Kalau cuaca gelap dapat Rp100 ribu, kalau cerah bisa Rp300 ribu sampai Rp400 ribu,” ungkapnya.

Dinsos P3A Ponorogo memastikan, para pengemis yang terjaring akan mendapatkan pembinaan selama tiga hingga tujuh hari, sebelum nantinya dikembalikan ke daerah asal. Untuk penanganan lebih lanjut, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Supriyadi mengimbau masyarakat agar tidak memberikan uang secara langsung kepada pengemis, agar mereka tidak kembali ke jalan. Menurutnya, lebih baik jika sedekah disalurkan melalui lembaga resmi yang bisa memastikan bantuan diterima oleh pihak yang benar-benar membutuhkan.

(Tim Liputan – Ponorogo)