WILIS NEWS

More than News

Pempek Wong Kitoe: Kuliner Khas Palembang di Ponorogo

2 min read

PONOROGO – Siapa yang bisa menolak kenikmatan pempek? Hidangan khas dari Palembang ini terkenal dengan teksturnya yang kenyal, rasa gurih dari ikan tengiri, serta sensasi asam-manis-pedas dari kuah cuko yang khas. Kini, Anda tak perlu jauh-jauh ke Sumatera Selatan untuk menikmati pempek otentik. Di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tepatnya di Jalan Brigjen Katamso Gang 1, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan, kelezatan pempek khas Wong Kito hadir lewat usaha rumahan Pempek Wong Kitoe.

Sejarah Singkat Pempek: Hidangan Kuno dari Tepian Sungai Musi

Pempek merupakan makanan tradisional dari Palembang yang telah ada sejak abad ke-16, semasa Kesultanan Palembang Darussalam. Konon, pempek lahir sebagai inovasi dari masyarakat Palembang dalam mengolah ikan sungai yang melimpah, terutama ikan belida, menjadi makanan yang lebih tahan lama dan lezat. Nama “pempek” diyakini berasal dari sebutan “apek”, panggilan untuk lelaki tua keturunan Tionghoa yang pertama kali menjual makanan ini. Seiring waktu, pempek berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner masyarakat Palembang dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Usaha Kuliner di Tengah Pandemi

Usaha Pempek Wong Kitoe digagas oleh Rahmiyani (38), seorang ibu tiga anak yang memulai bisnis ini pada tahun 2020, di tengah situasi sulit pandemi Covid-19.

“Ini dibuka saat pandemi Covid-19 lalu. Daripada diam di rumah, ya saya mulai membuat pempek yang resepnya saya dapat dari nenek di Palembang. Untuk bahan, saya datangkan dari luar kota. Alhamdulillah banyak yang beli,” ujar Rahmiyani (19/4).

Dengan bermodal resep turun-temurun dan semangat untuk tetap produktif, Rahmiyani berhasil membangun usaha yang kini dikenal luas hingga ke luar daerah.

Rahasia Kenikmatan: Bahan Segar dan Cuko Warisan Keluarga

Pempek buatan Rahmiyani dibuat dari campuran tepung tapioka dan daging ikan tengiri segar, yang dibentuk menjadi berbagai varian seperti kapal selam berisi telur, lenjer, dan jenis lainnya. Setelah direbus, pempek digoreng hingga keemasan, lalu disajikan dengan cuko khas Palembang yang dibuat dari resep rahasia keluarga.

Rasa pempeknya pun diakui oleh banyak pelanggan sebagai autentik dan cocok untuk semua kalangan.

“Rasanya enak, pas, cocok untuk anak-anak. Kenyal dan lembut,” ungkap Dwi Yuliastuti, salah satu pelanggan setia.

Dari Ponorogo ke Kota-Kota Besar

Pempek Wong Kitoe tak hanya dinikmati warga sekitar, tapi juga tersedia dalam bentuk frozen yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh atau dikirim ke luar kota. Dalam sehari, usaha ini bisa memproduksi hingga 100 porsi pempek, dengan harga mulai dari Rp10 ribu hingga Rp100 ribu, tergantung jenis dan ukuran.

Kini, kelezatan pempek buatan Rahmiyani telah merambah berbagai kota besar di Pulau Jawa, termasuk kawasan Jabodetabek.