Sapi Terjangkit PMK di Ngawi Dijual Murah, Peternak Merugi
2 min read
Ngawi, – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang melanda Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, memukul keras para peternak sapi di Desa Wonokerto, Kecamatan Kedunggalar. Kekhawatiran sapi mati sebelum sempat dijual membuat peternak terpaksa melepas ternak mereka dengan harga yang jauh dari normal, yakni hanya Rp1 juta hingga Rp2 juta per ekor.
Sunardi (41), salah satu peternak, mengaku harus menyembelih sendiri sapi indukan seberat 6 kuintal yang terkena PMK. “Daripada mati sia-sia, saya sembelih sendiri. Dagingnya dibeli pedagang,” ungkap Sunardi, Selasa (31/12/2024).
Namun, hasil penjualan sapi tersebut jauh dari harapan. Sapi yang biasanya laku hingga Rp15 juta kini hanya dihargai Rp1 juta. Dalam tiga hari terakhir, Sunardi sudah menjual tiga ekor sapi dengan harga serupa.
Yunanda, cucu Sunardi, menambahkan bahwa wabah PMK telah menghancurkan perekonomian warga yang menggantungkan hidup pada peternakan sapi. “Biasanya satu sapi bisa dijual Rp18 juta, tapi kalau sakit begini, harganya tinggal Rp2 juta. Kami sudah jual tiga ekor, sisanya tiga juga dalam kondisi sakit,” ujarnya.
Akibatnya, jumlah sapi di Desa Wonokerto semakin menyusut. Banyak peternak memilih menjual ternak mereka meskipun dengan harga murah karena takut sapi-sapi itu mati dan tidak lagi memiliki nilai jual.
Ironisnya, hingga kini para peternak belum mendapat perhatian dari pemerintah. Seluruh upaya pengobatan dilakukan secara mandiri, meskipun wabah PMK terus meluas.
“Kami berharap ada bantuan obat-obatan atau langkah pencegahan dari pemerintah. Kalau terus begini, habis semua sapi di sini,” keluh Sunardi.
Wabah PMK di Ngawi telah menyebabkan kerugian besar bagi para peternak. Pemerintah diharapkan segera bertindak untuk memulihkan situasi dan mencegah kehancuran sektor peternakan di daerah tersebut.