Warisan Kuliner Ponorogo: Serabi Kuah dan Jenang Campur yang Bertahan di Tengah Modernisasi
3 min read
Ponorogo – Di tengah gempuran modernisasi dan tren makanan cepat saji, jajanan tradisional seperti serabi kuah dan jenang campur masih menjadi primadona bagi masyarakat Ponorogo. Kedua kuliner khas Bumi Reog ini terus bertahan dan menjadi ruang nostalgia bagi mereka yang ingin merasakan cita rasa masa lalu.
Warisan kuliner ini dapat dinikmati di sebuah warung sederhana yang terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Ponorogo. Warung yang dikelilingi hamparan sawah hijau ini menjadi tempat favorit bagi pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota. Dikelola oleh Rusmilawati, seorang ibu dua anak, warung ini telah berkembang pesat sejak ia mengambil alih usaha keluarga pada tahun 2022.
Menurut Rusmilawati, usahanya ini tidak hanya soal menjual makanan, tetapi juga menjaga tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. “Serabi kuah dan jenang campur ini bukan sekadar makanan. Ini adalah bagian dari budaya Ponorogo yang harus terus dijaga dan dikenalkan kepada generasi muda,” katanya.
Awalnya, warung ini hanyalah bangunan kayu kecil yang sederhana. Namun, berkat usaha dan inovasi, kini Rusmilawati mampu membangun ruang makan yang lebih luas agar pengunjung merasa nyaman menikmati hidangan di tempat. Dengan suasana warung yang asri dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan, pelanggan merasa betah berlama-lama.
Rasa Nostalgia yang Tak Tergantikan
Kelezatan serabi kuah dan jenang campur ini menjadi daya tarik utama bagi para pelanggan. Wahyu Utomo, salah satu pelanggan setia, mengaku bahwa cita rasa khas dari jajanan ini sulit ditemukan di tempat lain. “Makanan di sini tidak hanya enak, tapi juga punya rasa yang khas. Suasananya bikin nyaman, jadi sering ingin datang lagi,” ujarnya.
Imam, pelanggan lain, juga mengungkapkan kesannya. “Makan di sini itu seperti perjalanan waktu. Rasanya mengingatkan saya pada masa kecil, apalagi tempatnya yang masih alami seperti ini,” katanya.
Rusmilawati menjelaskan bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk membuat serabi kuah dan jenang campur adalah bahan alami tanpa campuran pengawet. Proses pembuatannya pun masih menggunakan cara tradisional, seperti yang diajarkan oleh orang tuanya. “Inilah yang membuat cita rasa makanan tetap asli dan berbeda dari yang lain,” tambahnya.
Melestarikan Budaya Lintas Generasi
Selain menjaga cita rasa, Rusmilawati juga berharap usahanya ini bisa menjadi penghubung lintas generasi. Menurutnya, serabi kuah dan jenang campur tidak hanya disukai oleh orang tua yang ingin bernostalgia, tetapi juga mulai diminati oleh anak-anak muda.
“Banyak anak muda yang datang dan tertarik mencoba. Ini menjadi kebanggaan tersendiri karena berarti budaya kita masih dihargai,” ujar Rusmilawati.
Tidak hanya pelanggan lokal, warung ini juga sering dikunjungi wisatawan dari luar kota yang penasaran dengan kuliner khas Ponorogo. Beberapa pelanggan bahkan menjadikan warung ini sebagai destinasi wajib saat berkunjung ke Bumi Reog.
Tradisi yang Tetap Hidup
Warung Rusmilawati adalah bukti nyata bahwa di tengah perkembangan zaman, tradisi kuliner khas daerah masih dapat bertahan dan berkembang. Dengan menjaga rasa otentik dan memberikan pengalaman yang berbeda, jajanan tradisional seperti serabi kuah dan jenang campur tetap hidup dan dirayakan oleh masyarakat.
Tradisi kuliner ini bukan sekadar soal makanan, tetapi juga tentang rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya leluhur. Di warung sederhana yang dikelilingi sawah ini, generasi demi generasi dapat merasakan kehangatan dan cita rasa masa lalu yang tetap lestari di tengah modernisasi.